Monday, January 30, 2012

[Work Trainee Report] Kejamnya Ibu Kota #1

Masih 27 Januari 2012  21:05
        Melanjutkan cerita kemaren. Akhirnya kami -masih aku, eri, vian, dan andri- landing dengan selamat di bandara Soekarno-Hatta. Nah, inilah untuk pertama kali aku merasakan kejamnya Ibu kota. Jika sebelumnya aku hanya mendengar kabar angin dan melihat dari televisi akan kejamnya Ibu kota, kini aku merasakan dan melihat sendiri kerasnya Jakarta. Hmm..benar-benar, Ibu kota memang lebih kejam dari ibu tetangga, *lhoh.
      
di-bandara-soekarno-hatta
aku, andri, dan eri sesampainya di bandara
Setibanya di bandara, kami sedikit merasa bingung yang sangat dipaksakan, "kami termasuk penumpang yang transit gak ya?? Kita kan melanjutkan penerbangan dengan pesawat yang sama. Ya walaupun masih sekitar 10 jam lagi. Transit bukan ya??" Finally, kami tidak menuju ruang transit dan langsung menuju ruang yang diperuntukkan sebagai mushola. Ke kamar mandi, sholat, poto-poto, dan keluar.
suasana-malam-bandara-soekarno-hatta
andri
        Tak tau apa sebabnya, perut terasa laper, tenang, yang ini masih bisa kutahan. Maklumlah sebelum berangkat dari Jogja aku sudah melahap satu piring, walau enggak habis, nasi sarden di warung burjo. Tapi ternyata andri yang belum makan dari tadi siang mulai terlihat agak pucat dan berselimut keringet dingin, kasian. "Lapar euy", katanya. Jadilah, kami susuri tiap warung makan yang ada, mencari-cari yang terjangkau harganya. "Tuh aya nasgor tujuh las rebu, hayang teu?? (Tuh ada nasgor 17rb-an, mau gak??)", andri angkat suara. Oke, akhirnya kita menuju TKP, sesampainya di TKP, "nasgornya habis mas", seru penjaganya mematahkan harapan kami berempat. Kami susuri terus, andri makin pucat, makin keringet dingin. Akhirnya pilihan kami jatuh di warung nasi "bu Ha***yani", langsung kami pesan nasi goreng, berharap harganya tak jauh dari kisaran 17rb-an. Hahaha, senang melihat ekspresi dan cara andri makan saat itu. Alhamdulillah kenyang. Kami duduk-duduk sebentar, bayar, dan keluar. Setelah berjalan menjauh dari tempat makan, barulah mulai keluar tawa dan gerutuan,"hahaha...anjir, nasi goreng dikit gitu, mana rasanya kayak nasi mau basi, 30 ribu..!!", vian memulai. "Uh..di kos bisa dipake makan dua hari nih", aku dan andri menimpali. "Heheh..udah sih, gak jadi daging malah nanti", tukas eri. "Hahahahaha", kami tertawa, tawa pahit akan kejamnya ibu kota. Ibu kota memang lebih kejam dari ibu tetangga.

Cerita selanjutnya

No comments:

Post a Comment