Monday, January 30, 2012

[Work Trainee Report] Kejamnya Ibu Kota #2

Cerita sebelumnya
       Sesuai skenario awal, agar tak terjebak macet esok hari kami mencari tempat istirahat tetap di dalam areal bandara, karena banyak juga orang atau penumpang yang seolah telah bersiap tidur di emperan bandara kami pun terprovokasi. Sepanjang emperan bandara kami mencari space yang masih sepi. Yups, kami dapat satu. Disinilah kami akan berperan sebagai gembel, yah cukuplah satu malam saja. Tragis.
ngegembel-di-soekarno-hatta
Hahahaha....kasian.
        Untuk meningkatkan efisiensi keamanan, salah satu rencana kami adalah dengan bermain poker hingga batas maksimal. Biasanya klo sudah bermain poker kuatlah sampe pagi. Tapi kali ini berbeda karena kami hanya bermain bertiga, vian hanya berani main sebentar saja. Hahahaha...ternyata kami berhasil menarik perhatian tiap orang yang lewat, mungkin mereka berfikir, "ngapain ni orang maen kartu di bandara". Kami cuek-kebo saja.

[Work Trainee Report] Kejamnya Ibu Kota #1

Masih 27 Januari 2012  21:05
        Melanjutkan cerita kemaren. Akhirnya kami -masih aku, eri, vian, dan andri- landing dengan selamat di bandara Soekarno-Hatta. Nah, inilah untuk pertama kali aku merasakan kejamnya Ibu kota. Jika sebelumnya aku hanya mendengar kabar angin dan melihat dari televisi akan kejamnya Ibu kota, kini aku merasakan dan melihat sendiri kerasnya Jakarta. Hmm..benar-benar, Ibu kota memang lebih kejam dari ibu tetangga, *lhoh.
      
di-bandara-soekarno-hatta
aku, andri, dan eri sesampainya di bandara
Setibanya di bandara, kami sedikit merasa bingung yang sangat dipaksakan, "kami termasuk penumpang yang transit gak ya?? Kita kan melanjutkan penerbangan dengan pesawat yang sama. Ya walaupun masih sekitar 10 jam lagi. Transit bukan ya??" Finally, kami tidak menuju ruang transit dan langsung menuju ruang yang diperuntukkan sebagai mushola. Ke kamar mandi, sholat, poto-poto, dan keluar.

Sunday, January 29, 2012

[Work Trainee Report] First Flight


Jogjakarta, 27 Januari 2012 18:15
My-First-flight
        Kami -aku, eri, dan andri- bergegas menuju taxi yang telah menunggu, meninggalkan teman dan saudara -bang edo, ade, dan qum fikri- dan nasi sarden burjo linggarjati yang belum tuntas aku santap. Beberapa kali Vian menanyakan kami telah sampai mana, rupanya vian mulai tak nyaman menunggu kami di bandara Adi Sudjipto. Kami pun mulai tak nyaman, khawatir orang tua vian turut menunggu kami datang. Perjalanan menuju Dumai dimulai.
        Sial. Entah sengaja atau tidak, supir taxi mengambil rute jalan yang relatif lebih panjang. "Dasar supir taxi", gumamku dalam hati.

Thursday, January 12, 2012

Sepenggal Kisah Senja

senja
Sepenggal kisah senja
Terselip dalam semburat jingga
Tentang burung-burung yang pulang ke sarang
 Tentang penat yang tersendat di jalanan ibu kota.

Sepenggal kisah senja
Tentang cinta yang tertinggal di tepian pantai.
bersama tawa di bawah semburat jingga yang kian menyala
Senyuman mesra di bibir dan hati kita menjemput rindu yang menggoda.

Sepenggal kisah senja
Tentang kata yang terbata di sela tangis yang mencekik rasa.
bersama semburat jingga yang menjadi gelap
Sepenggal kisah senja terbungkus dalam kenangan kita.
***********
Pogung rejo, 120112